Kata orang cinta itu buta.
Seharusnya cinta bisa melihat lebih jelas dari mata,
Karena ia melihat dengan hati.
Kata orang cinta tak ada logika.
Seharusnya cinta itu logis.
Karena ia menyatukan hati dan pikiran
Kata orang cinta itu membahagiakan.
Memang seharusnya cinta itu membahagiakan bukan menyakitkan.
Terlalu banyak kata orang,
Karena cinta yang kurasakan sekarang adalah bentuk pengorbananku untuknya
Meskipun banyak yang tersakiti
Meskipun harus melukai
Dan banyak yang merugi
Tapi,, aku mencintainya
Cinta yang tak bisa diterima dengan akal logika
Cinta yang membuat buta hatiku bukan lagi mataku
Cinta yang membahagiakan aku meskipun harus melantahkan diriku deminya.
Aku mencintainya
Sungguh aku mencintainya
Aku tidak bisa lagi mendengar kata orang
Karena ia berada di alam bawah sadarku
Bukan cinta yang ada pada gunung es yang terlihat diatas permukaan air
Yang aku dengar adalah katanya dan itu pula kataku
Bagaimanapun hidupku, bagaimanapun kisahku,
Aku bahagia dengan cintaku ini.
Cinta sebuah kata sederhana yang rumit untuk didefinisikan. Namun, ia menyisakan banyak cerita indah dan juga menyakitkan. Kita tidak pernah sadar seberapa besar cinta itu membahagiakan kita. Dan kita juga tidak sadar saat ia datang membawa luka yang dalam. Karena cinta, luka yang biasa menjadi luar biasa. Karena cinta juga luka yag dalam hanya seperti goresan kecil.
Kata orang cinta itu tak ada logika. Memang seperti itu keadaannya. Tak peduli berapa kali cinta datang membawa sakit di hati. Hati itu akan pulih hanya dengan satu kata “maaf”. Semua salah menjadi sangat mudah terhapuskan.
Kata orang cinta itu buta. Ya, itu benar. Ia membutakan hati ketika memilih. Ia membelokan pikiran saat mengambil keputusan. Ia memaniskan lidah saat berbicara dan ia juga membinarkan mata saat memandang. Siapapun yan ada dihadapan saat cinta itu datang ia menjadi sedap dipandangan. Perangai buruknya menjadi sesuatu yang mengundang senyum.
Namun, apakah kita sadar? Cinta yang tulus itu membahagiakan. Menerima pemberian bukan hanya memberikan, turut mengorbankan bukan selalu dikorbankan. Membawa kebahagiaan bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk semua yang dicintai. Cinta itu “peduli padamu” bukan hanya kamu yang “peduli padanya”. Cinta itu saling mengisi bukan hanya kamu yang selalu “mengisinya”.
Kita sadar saat cinta datang membawa bunga-bunga mekar. Tapi kita tidak sadar saat ia datang hanya untuk memanfaatkan. Dan kita tidak sadar ternyata keseluruhan dari diri ini telah tersita untuknya. Saat ia pergi baru kita akan sadar banyak hal yang telah terbuang sia-sia. Menyadari bodohnya diri karena mengikuti cinta yang tidak tahu mengarah kemana.
Namun, bagaimanapun manis pahitnya cinta yang dirasa ia akan tetap menjadi cerita yang indah untuk disimpan dalam memory jangka panjang.
*Hayyu Adnan