Kata Orang Tentang Cinta


Gambar

Kata orang cinta itu buta.

Seharusnya cinta bisa melihat lebih jelas dari mata,

Karena ia melihat dengan hati.

Kata orang cinta tak ada logika.

Seharusnya cinta itu logis.

Karena ia menyatukan hati dan pikiran

Kata orang cinta itu membahagiakan.

Memang seharusnya cinta itu membahagiakan bukan menyakitkan.

Terlalu banyak kata orang,

Karena cinta yang kurasakan sekarang adalah bentuk pengorbananku untuknya

Meskipun banyak yang tersakiti

Meskipun harus melukai

Dan banyak yang merugi

Tapi,, aku mencintainya

Cinta yang tak bisa diterima dengan akal logika

Cinta yang membuat buta hatiku bukan lagi mataku

Cinta yang membahagiakan aku meskipun harus melantahkan diriku deminya.

Aku mencintainya

Sungguh aku mencintainya

Aku tidak bisa lagi mendengar kata orang

Karena ia berada di alam bawah sadarku

Bukan cinta yang ada pada gunung es yang terlihat diatas permukaan air

Yang aku dengar adalah katanya dan itu pula kataku

Bagaimanapun hidupku, bagaimanapun kisahku,

Aku bahagia dengan cintaku ini.

Cinta sebuah kata sederhana yang rumit  untuk didefinisikan. Namun, ia menyisakan banyak cerita indah dan juga menyakitkan. Kita tidak pernah sadar seberapa besar cinta itu membahagiakan kita. Dan kita juga tidak sadar saat ia datang membawa luka yang dalam. Karena cinta, luka yang biasa menjadi luar biasa. Karena cinta juga luka yag dalam hanya seperti goresan kecil.

Kata orang cinta itu tak ada logika. Memang seperti itu keadaannya. Tak peduli berapa kali cinta datang membawa sakit di hati. Hati itu akan pulih hanya dengan satu kata “maaf”. Semua salah menjadi sangat mudah terhapuskan.

Kata orang cinta itu buta. Ya, itu benar. Ia membutakan hati ketika memilih. Ia membelokan pikiran saat mengambil keputusan. Ia memaniskan lidah saat berbicara dan ia juga membinarkan mata saat memandang. Siapapun yan ada dihadapan saat cinta itu datang ia menjadi sedap dipandangan. Perangai buruknya menjadi sesuatu yang mengundang senyum.

Namun, apakah kita sadar? Cinta yang tulus itu membahagiakan. Menerima pemberian bukan hanya memberikan, turut mengorbankan bukan selalu dikorbankan. Membawa kebahagiaan bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk semua yang dicintai. Cinta itu “peduli padamu” bukan hanya kamu yang “peduli padanya”. Cinta itu saling mengisi bukan hanya kamu yang selalu “mengisinya”.

Kita sadar saat cinta datang membawa bunga-bunga mekar. Tapi kita tidak sadar saat ia datang hanya untuk memanfaatkan.  Dan kita tidak sadar ternyata keseluruhan dari diri ini telah tersita untuknya. Saat ia pergi baru kita akan sadar banyak hal yang telah terbuang sia-sia. Menyadari bodohnya diri karena mengikuti cinta yang tidak tahu mengarah kemana.

Namun, bagaimanapun manis pahitnya cinta yang dirasa ia akan tetap menjadi cerita yang indah untuk disimpan dalam memory jangka panjang.

*Hayyu Adnan

Dengan ini.. Cara ku Menghargaimu


Gambar

Hidup adalah tanggung jawab. Tentu semua orang sepakat dengan itu. Tanggung jawab atau amanah yang tiap orang emban bukan hanya tanggung jawab hidupnya terhadap Tuhan yang menciptakan. Namun, sebagai pemimpin bagi dirinya pribadi, sebagai orang tua bagi anak-anak, sebagai kawan bagi sahabat-sahabat, sebagai rekan dalam tim kerja, sebagai kepala organisasi, sebagai karyawan pada perusahaan, sebagai atasan dalam manajemen.

Setiap tanggung jawab pastinya diikuti dengan kewajiban yang harus ditunaikan. Dijalankan dengan keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan. Kewajiban yang dilaksanakan dengan sepenuh tenaga, memeras keringat, menghabiskan waktu dan seringkali mengorbankan tanggung jawab yang lainnya. Mungkin hal itu adalah konsekuensi dari sebuah tanggung jawab yang telah kita sanggupi. Contoh seorang ibu yang memilih untuk mengurus anak di rumah maka ia meninggalkan karirnya. Seseorang yang memilih pekerjaan maka ia mengorbankan waktu dan keluarga. Bukan pengorbanan untuk tidak bertemu beberapa saat tetapi pengorbanan untuk tidak memiliki hubungan dan komunikasi yang berkualitas karena di palangi oleh “karir”.  Bahkan bisa jadi pengorbanan itu mengorbankan hubungannya dengan Tuhan.

Itulah konsekuensi. Konsekuensi yang logikanya tidak seharusnya terjadi. Karena hidup kita, waktu kita, tenaga kita, pikiran kita bukan hanya untuk satu urusan. Allah telah mengamanahkan manusia dengan banyak beban dipundaknya yang mana semuanya harus terjalankan. Maka kewajiban setiap orang adalah  untuk melaksanakannya dengan penuh keikhlasan, namun setiap orang juga wajib dihargai atas setiap apa yang ia keluarkan. Karena sesungguhnya setiap tenaga, pikiran, waktu adalah hal yang sangat berharga yang manusia miliki.  Maka wajar saja bila setiap orang meminta imbalan dari yang ia kerjakan. Karena memang kita butuh dihargai. Manusia bukan malaikat yang hanya mengikuti perintah dan tidak membuat planning untuk masa depannya. Manusia juga bukan robot yang selalu mengerjakan setiap tugas dengan hanya memencet tombol setelah selesai ia akan diam. Ia tidak perlu diperlakukan dengan istimewa. Sedangkan manusia adalah makhluk istimewa, yang melakukan pekerjaan yang mampu menghargai dia. Bukan sekedar materi, karena banyak hal yang tidak mampu dibeli dengan materi. Tapi waktu, pikiran, tenaga, rasa lelah, kantuk yang tertahan, tulang yang ngilu, itu semua jauh lebih berharga.

Hargai diri Anda sendiri karena tubuh inipun amanah yang harus dijaga. Kesehatan adalah harta yang berharga. Keluaga punya hak atas Anda. Teman lama Anda pun punya hak atas Anda. Jangan menjadi lilin yang memberi seberkas cahaya dengan membakar dirinya. Hargai rekan Anda yang telah berkorban untuk Anda dengan memberikannya apa yang ia inginkan dan mampu Anda sanggupi. Hargai atasan Anda yang telah memutar otak untuk menggaji Anda dengan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan. Dan Hargailah bawahan Anda yang telah totalitas memberikan tenaga, waktu, pikiran, bahkan mengorbankan orang-orang terdekatnya untuk memberikan yang terbaik pada Anda. Hargailah mereka dengan meringankan beban dan tidak menuntut lebih dari kerja keras yang meraka lakukan. Hargai mereka agar keikhlasan itu semakin tertanam di hatinya.  

*Hayyu Adnan

Are You Happy Now????!!!!


Gambar

Oleh: Hayyu Adnan*

Siapa sih orang yang ga mau bahagia di dunia ini?? Bahkan kalo orang ditanya apa yang kamu cari di dunia ini pasti muaranya kebahagiaan. Sekarang, apakah kamu, aku, kita semua sudah bahagia???

Sebelum kita menilai “sudah bahagiakah diri ini?” kita perlu tau apa itu bahagia.

Seneng, happy, gembira. Semuanya benar. Tapiii kalo happy itu bahasa inggrisnya, sedangkan perasaan senang, gembira itu hanya bagian dari kebahagiaan. Jadi apakah bahagia itu???

Menurut Seligman (seorang pakar Psikologi Positif) bahagia itu sama dengan kumpulan emosi-emosi positif. Emosi-emosi positif ini diklasifikasikan dalam tiga kategori; kepuasan akan masa lalu, kesenangan dalam aktifitas masa kini, dan optimisme akan masa depan. Sedangkan menurut bapak E.D Diener, kebahagiaan itu adalah saat seseorang merasa puas dengan kehidupan masa lalunya, high level dalam afek positifnya dan low level untuk afek negatifnya. Apakah itu ??(*muka bingung)

Afek itu artinya emosi. Emosi ada yang positif dan ada yang negative. Emosi positif seperti rasa tertarik, bangga, antusias, hangat, ramah, sayang, ceria, senang dan lain sebagainya. So,, emosi negatif yang kaya gimana dunk?? Ya yang sebaliknya malu, cemas, gelisah, rasa bersalah, marah, dendam, takut, sedih, tertekan dll.

Ga mudah memang mengukur atau menilai emosi orang. Emosi akan terlihat dari ekspresi yang seseorang tunjukan. Misalnya orang yang lagi seneng bisa jadi dia akan banyak tertawa. Atau yang lagi sedih alias bête alias kecewa mungkin orang lain akan mendefinisikan ekspresinya dengan menilai “mukanya ditekuk” atau “mukanya kelipet-lipet” yang menandakan emosi negatif dia lagi on. Nah, orang yang cerdas itu  adalah yang mampu mengatur, mengolah, dan memilih ekspresi apa yang harus dikeluarkan saat emosi menyerang.

Menurut teorinya,, orang yang bahagia akan yang lebih sering menunjukan sikap ramah dengan orang lain, tersenyum dengan orang-rang yang ia kenal, menolong orang lain, tertarik dengan banyak kegiatan, memiliki hubungan-hubungan yang baik dengan orang-orang sekitarnya, ga punya musuh gitu. Kalaupun ada yang memusuhinya ia tidak langsung turut memusuhi orang tersebut, tetapi justru berusaha memerbaiki diri dan tetap bersikap ramah dengan orang tersebut. Perlu diingat kebencian itu tidak membawa pada kebahagiaan, meskipun ada yang bilang “engga tuh,, gw bahagia-bahagia aja meskipun gw benci dia, dia, and dia” “pokoknya gw dia end!!” sadarilah teman kata-kata itu hanya untuk menghibur hatimu sendiri yang sebenernya tetap tidak terhibur. Sebenarnya di hati yang paling dalam bagi seorang pendendam itu bilang “cape deh kesel terus, atau cape deh begini terus”. Hmmm..are you like this???

Contoh ni, misalnya kamu akan pergi ke suatu tempat. Kemudian kamu naik kopaja dan kebetulan ga ada tempat duduk alias berdiri. Karena penuh dan orang-orang ada yang naik dan turun sampai akhirnya ada orang yang menginjak kakimu, sayangnya injakkan itu menyakitkan kakimu dan megotorinya. Respon apa yang akan kamu keluarkan?? A. “heh hati-hati dong kalo jalan, sakit tau kaki gw”, B. “sabar, sabar” (dalam hati sambil ngelus dada), C. ngegerutu dalam hati “ih ni orang ga tw diri banget si, udah nginjek ga minta maaf lagi”

Sebenarnya banyak pilihan respon yang tersedia, tapi kenapa harus A yang dipilih, atau kenapa B dan kenapa juga harus C. Tuhan memberikan manusia akal dan hati untuk berpikir. Untuk tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain. Akan tetapi kebanyakan manusia hanya menggunakan akalnya saja atau hatinya saja dalam berpikir sehingga hasil dari pikirannya itu menyakiti salah satu pihak. Orang yang hanya berpikir dengan akalnya dia akan langsung membalas dengan kembali menginjak kaki orang yang menginjaknya. Sementara orang yang hanya berpikir dengan hati dia tidak akan membalas tetapi menggerutu sambil menghina dan mencaci orang tersebut.  Mengapa kita tidak berpikir ‘kalau bukan karena tidak sengaja untuk apa orang itu menginjak kakiku. Toh aku juga pernah ga sengaja seperti itu’ atau ‘keliatannya dia buru-buru banget, mungkin kalo ga gitu  dia bisa terlambat kemudian dipecat bossnya’.

Ingatlah!! Setiap orang pernah berada dalam kondisi sulit, butuh ditolong, butuh didengar, diperhatikan dan terpenting butuh untuk dipahami. Sebelum kita minta untuk dimengerti oleh teman, sahabat, kakak, atau orang tua, maka berusahalah untuk memahami mereka terlebih dulu. Bukankah orang lain akan memperlakukan kita seperti kita memperlakukan mereka???

Teman-teman semua mari kita  hidup bahagia mulai sekarang. Pertama-tama dengan membahagiakan pikiran dengan hal-hal positif. Kedua dengan belajar memahami dan memaafkan orang-orang yang sebelumnya kita ga suka atau pernah bersalah pada kita. Ingatlah say,, semua orang di dunia ini pernah berbuat salah, termasuk dirimu. Maka sangatlah sombong orang yang tidak mau memaafkan orang lain seakan-akan dia orang yang tidak pernah berbuat salah. (“gimana mau maafin, dianya aja ga mau minta maaf”). Yang memaafkan itu hati bukan bibir. Seandainya semua orang didunia ini saling memaafkan betapa indahnya hidup ini bukan?!

PEOPLE POWER MELEBARKAN SAYAP


Bogor, 3 Agustus 2012

Gambar

People Power Consulting

PEOPLE POWER CONSULTING di bawah asuhan dr. Vivi Vernanda MM berusaha mengembangkan dan melebarkan sayap ke wilayah Bogor Jawa Barat. Dengan diresmikannya kantor PPC cabang Bogor pada tanggal 12 Juli 2012 kemarin menjadi langkah awal bagi kita semua untuk memberikan suatu insight yang baik bagi masyarakat Bogor pada umumnya dan lembaga-lembaga berbasis pendidikan di wilayah tersebut.

Di awal pendiriannya di wilayah Bogor, PPC telah melakukan kerjasama dengan HIMPAUDI Bogor untuk melakukan penyuluhan gratis pada orang tua ke setiap sekolah Paud di daerah Bogor. Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pada orang tua mengenai pola asuh ataupun bagaimana mengembangkan kepribadian serta potensi yang telah anak miliki.

Pada pertengahan Juni 2012, Manager Area People Power Consulting cabang Bogor Mad Kholid, S.Th.I dan Direktur Operasional Ade Irma Solihah, S.Psi, M.si. telah melakukan pertemuan dengan ketua  HIMPAUDI Jawa Barat Anna Anggraini atau dikenal dengan Bunda Anna yang juga dihadiri oleh ketua Gugus HIMPAUDI Kota Bogor Ibu Soliha. Ia memberikan restu untuk berjalannya program ini dan berharap manfaatnya dapan langsung menyentuh pada tingkat wali murid atau orang tua. Penyuluhan ini akan mulai berjalan pada minggu ke tiga di bulan September. People Power Consulting sendiri telah menyiapkan tenaga-tenaga penyuluh yang telah diberi pelatihan kurang lebih 2 bulan dan siap diterjunkan pada bulan September ini.

Dengan berdirinya People Power Consulting cabang Bogor diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam membangun dan mengembangkan dunia pendidikkan khususnya di wilayah Bogor. Selain itu, sebagai acuan bagi sekolah-sekolah dalam memanfaatkan dan memberikan peluang pada siswa-siswanya untuk menggapai kesuksesan di masa depan.

red: Hayyu Adnan

MENGHAPUS MARAH DENGAN MAAF


Setiap manusia pasti pernah merasa marah. Rasa marah, benci, keinginan untuk menyakiti merupakan emosi-emosi dasar yang lumrah dimiliki oleh setiap manusia. Disamping itu, rasa marah juga mampu memberikan Anda energi dalam bekerja dan beraktifitas. Oleh karenanya, rasa marah seharusnya dapat diekspresikan secara arif. Kemarahan yang tidak tersalurkan dapat menghambat kepuasan (delayed gratification) yang berakibat meningkatnya kecemasan. Sementara itu, kemarahan pada kadarnya mampu memberikan dorongan yang membuat Anda berpikir dan bersikap lebih awas terhadap peristiwa yang tengah Anda hadapi.

Akan tetapi, tidak semua orang mampu mengekspresikannya secara bijak sehingga terkadang rasa marah menjadi bumerang yang berimbas buruk bagi dirinya. Mengutip pernnyataan Mario Teguh “Jangan memelihara rasa marah sehingga rasa marah itu memenjarakan hidup Anda”.

Untuk itu kunci yang paling tepat untuk membebaskannya adalah MAAF. Mungkin sebagian orang merasa sulit untuk memaafkan karena maaf dianggap tidak adil. Rasa maaf yang diberikan dapat mengurangi keinginan Anda untuk menghukum si pelaku (transgesor), atau maaf dianggap menghambat pembalasan terhadap pelaku sehingga apa yang terjadi pada korban tidak setimpal dengan yang telah dilakukan olehnya.

Namun, Anda perlu melihat sisi lain dari maaf yang Anda berikan. Dengan memaafkan Anda akan terbebas dari penjara kemarahan, merubah kegetiran menjadi ketenangan, merubah teriakan menjadi air mata sayang, merubah pukulan menjadi pelukan, dan juga merubah hati yang hitam menjadi bening.

Seberapa besar kemampuan Anda dalam memaafkan memang dinilai dari seberapa besar kasih sayang yang Anda miliki. Bukan hanya kasih sayang Anda pada orang penyebab kekacauan tetapi seberapa besar rasa sayang Anda terhadap Sang Maha Penyayang. Memaafkan bukan hanya sekedar kasihan pada orang yang membuat onar atau pada orang-orang yang terkena dampaknya tetapi karena memang itulah yang diajarkan Allahurrahman pada hambanya yang beriman.

Sebesar apapun rasa marah yang hinggap di hati, kemampuan dan kemauan untuk memaafkan tetap harus mengiringi meskipun diawali dengan ketidak mauan untuk memaafkan. Bukan hanya maaf yang diucapkan lewat lisan tapi yang terpenting adalah memaafkan dengan ikhlas dalam hati sehingga dapat merajut kembali hubungan atau komunikasi yang sempat terputus. Lupakan kesalahorang-orang sekitar Anda dan ambilah pelajaran yang tersisa dari dalamnya. Allah selalu menerima taubat hambanya yang sungguh-sungguuh bertaubat karena Ia memberikan kesempatan padanya untuk memperbaiki diri dari kesalahan yang pernah dilakukannya. Tetapkan hati Anda pada keikhlasan yaitu kesucian, dan kemurnian diri dari dari segala penyakit hati yang timbul karena kelalaian diri sendiri dengan memaafkan kesalahan-kesalahan orang-orang yang pernah berbuat salah pada Anda.

Maaf yang tulus ikhlas hanya akan muncul saat Anda menyadari bahwa maaf itu lahir bukan untuk orang lain tetapi untuk memerdekakan diri sendiri dari rasa marah, benci dan segala emosi negatif yang membelenggu jiwa Anda.

*Hayyu Adnan

Keluarga Besar People Power Consulting Mengucapkan…

Di Balik Kalimat “INSYAALLAH”


Sudah menjadi kata yang lazim diucapkan setiap kali seseorang membuat janji atau keputusan yang membutuhkan keyakinan.  Terkadang orang sering kali menambahkannya dengan “engga janji yah”. Kalimat tersebut bukan hanya menjadi sunnah rasul yang harus dijalankan saat seseorang diminta memberikan kepastian. Namun ia telah menjadi budaya yang maknanya bukan lagi “jika Allah mengizinkan” tetapi berubah menjadi “saya ragu-ragu” atau sebagai indikasi atas penolakan dari sebuah permintaan.

Dalam membuat janji seringkali orang mempermainkan kata tersebut. Orang mengatakan Insya-Allah karena ia hanya ingin menolak dengan lembut suatu janji yang ia buat “kan saya bilang Insya-Allah bukan iya”. Orang menjadikan kata tersebut untuk berkilah dari janji yang ia buat. Dalam membuat janji seharusnya seseorang mempertimbangkan terlebih dahulu apakah ia sanggup menjalankan janji tersebut atau tidak. Apabila ia merasa mampu menjalankan atau memenuhi janji tersebut barulah ia katakan “Insya-Allah” bukan “pasti saya akan memenuhinya”. Karena dalam hitungan detikpun Allah bisa saja mengubah perencanaan yang telah dipertimbangkan sebelumnya. Namun apabila ia merasa tidak mampu memenuhi kesepakatan atau janji yang akan ia buat tersebut maka jangan membuat janji.

Dalam Islam memang diajarkan untuk tidak membuat suatu kepastian yang mutlak karena kepastian yang mutlak itu hanya milik Allah semata. ”dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu ‘sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’ kecuali dengan menyebut Insya-Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”(QS. Al-Kahfi:23-24).

Ayat tersebut bukan berarti mengajarkan kita untuk pasrah begitu saja pada Allah tanpa berusaha dalam menjalani hari esok. Akan tetapi yang harus dipertegas adalah  manusia tetap harus merencanakan sematang mungkin apa yang akan dikerjakannya dan mengenai hasilnya maka biarkan Allah yang menetapkan. Disitulah makna Insya-Allah diposisikan. Manusia tidak boleh memberikan kepastian karena hal tersebut termasuk perilaku sombong.

Orang yang sering mengucapkan Insya-Allah dalam membuat janji dan menjadikannya alasan untuk tidak menepatinya (“kan kemarin sata bilang Insya-Allah”) bisa jadi orang tersebut masuk ke dalam salah satu ciri-ciri orang munafik. “Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga: apabila ia berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia berkhianat” (H.R. Muslim). Wallahu a’lam.

oleh : Hayyu Adnan

“Maa,, jadi kapan aku masuk sekolah,,?”


Image

“Ma.. besok kita beli tas baru ya! Fian mau yang gambarnya batman” ucap Fian.

“iya, besok kita ke pasar cari tas baru” jawab Mama tersenyum.

(3 hari kemudian)

“Ma.. kapan Fian pake tas barunya ke sekolah?” Tanya Fian.

“nanti, kalo udah masuk sekolah.”

“emang kapan masuk sekolahnya ma?”

“besok kita akan ke sekolah”

“Fian udah bisa pake tas barunya besok Ma?”

“besok Fian tes dulu di sekolah baru, kalo udah masuk baru pake tas barunya.”

“buat besok Fian pake tas yang lama dulu aja ya sayang,,”

(seminggu kemudian)

“mohon maaf sebelumnya ibu, berdasarkan hasil Psikotes, anak ibu dinyatakan tidak lulus tes”

“Ga lulus? Kenanpa Pak?”

“sekolah ini menerima siswa dengan IQ minimal  100”

“memang berapa IQ anak saya Pak?”

“berdasarkan hasil tes, IQ anak ibu 80.”

“…………..”

Mungkin kisah ini pernah anda atau orang di sekitar anda alami. Untuk mendapatkan kursi di institusi pendidikkan bukan motivasi atau kemauan yang menjadi tetapi, kecerdasan yang dimiliki anak saat itulah yang menentukan. Anak dengan IQ tinggi, di atas rata-rata, superior atau lebih akan mudah mendapatkan hak mereka untuk belajar di sekolah yang memiliki sarana-dan prasarana yang baik dan layak. Sedangkan mereka yang memiliki IQ di bawah rata-rata rasanya sulit untuk mendapatkan bangku yang mampu mengantar mereka merangkai proses untuk  menjadi “orang” (red: belajar).

Untuk dapat duduk di jenjang sekolah dasar saja, orang tua tidak hanya mendaftarkan anaknya  dan mengikuti tes di satu tempat. Mereka seringkali mendaftarkan diri ke 2 atau 3 sekolah dan 2 atau 3 kali pula mereka tidak diterima dengan alasan IQ YANG DIMILIKI BERADA DI BAWAH RATA-RATA. Lalu siapa yang salah? Anak-anak itu kah? Orang tuanya? Bukankah sekolah adalah hak mereka?

Tentu orang tua merasa sedih jika anaknya tidak diterima di sekolah tempat ia mendaftar. Apakah anak ini bodoh sekali sampai ia tidak diterima berkali-kali? Kata “bodoh” bagi anak dengan IQ rendah cenderung menjadi label yang mereka sandang hingga dewasa. Mungkin tidak akan berdampak saat mereka berusia  sekolah dasar, tetapi apa yang terjadi setelah itu? Rasa tidak percaya diri dan merasa diri bodoh akan menjadi sugesti bagi anak tersebut. Hal ini berpotensi menjadikan anak merasa rendah diri, tidak berguna, tidak bisa apa-apa, pergi ke sekolah hanya untuk absen dan mengugurkan perintah orang tua.

Seperti halnya seorang anak yang tidak naik kelas. Mungkin maksud para guru baik, namun bagi anak akan meninggalkan bekas yang tidak terlupakan sampai ia dewasa. “saya ini bodoh orang pas kelas dua aja saya ga naik kelas” cap seperti ini akan terus terbawa pada dirinya, merasa tidak punya prestasi sehingga pada saat remaja untuk menunjukkan jati dirinya ia melakukan perilaku-perilaku menyimpang atau kenakalan-kenakalan.

Sekolah memang memiliki standar bagi-siswa-siswanya. Siswa-siswa dengan IQ tinggi dan nilai akademik yang baik akan meningkatkan kualitas dari sekolah tersebut. Bahkan banyak sekolah yang mengembangkan kelas percepatan (akselerasi) bagi siswa/I CiBi (cerdas istimewa berbakat istiimewa) yaitu bagi siswa/I dengan IQ superior atau lebih yaitu 120< (dlm skala Weschler). Jika siswa dengan IQ 120< dikatakan cerdas istimewa maka anak dengan IQ 89> pun bisa disebut “cerdas istimewa” yang berhak atas kelas khusus, kurikulum khusus, pengajar khusus, dan sarana khusus. Mereka dikatakan “istimewa” karena mereka berbeda dengan anak-anak pada umumnya atau anak-anak dengan IQ rata-rata.

Meskipun system dan budaya pendidikkan belum menyentuh anak-anak dengan “kecerdasan istimewa” ini namun, anak-anak dengan IQ Low Average tetap dapat berkembang bahkan lebih baik daripada anak-anak dengan IQ rata-rata atau superior. IQ hanyalah gambaran umum sementara banyak aspek kecerdasan lain yang lebih dari sekedar IQ (multiple intelegence). Bisa jadi anak anda tidak berkembang optimal dalam akademis namun, ia punya keahlian dalam olah raga, IT, mekanik, skill interpersonal, linguistic, atau yang lainnya.

Sebagai penutup, untuk para orang tua kenalilah bakat dan kemampuan yang anak anda miliki. Berikan ia stimulus sebanyak mungkin di masa-masa emas perkembangannya. IQ hanya berkontribusi sekitar 5% pada kesuksesan seseorang dan sisanya lebih dipengaruhi oleh factor-faktor di luar itu. Karena itu, bagaimanapun kecerdasan anak ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain dan itu adalah suratan Tuhan.

“Ma.. jadi Fian kapan masuk sekolahnya?”.

“Allah menciptakan manusia bukan tanpa tujuan, semua manusia mempuyai peran yang Allah titipkan padanya untuk menggerakkan dunia, bahkan setiap tetes darahpun mempunyai manfaat untuk keberlasungan hidup makhluk-makhlukNya di dunia.”

*Hayyu Adnan

psikologi cerdas


Al-Ghazaly sangat mementingkan ilmu jiwa dan memandangnya sebagai jalan untuk mengenal Allah. Teori-teori al-Ghazaly tentang jiwa senada dengan teori Ibnu Sina dan al-Farabi. Ia membagi ilmu jiwa menjadi dua bagian. Pertama, ilmu jiwa yang mengkaji tentang daya hewan, daya jiwa manusia, daya penggerak, dan daya jiwa sensorik. Kedua, ilmu jiwa yang mengkaji tentang pengolahan jiwa, terapi dan perbaikan akhlak.

Seiring perkembangan ilmu psikologi hadirlah Psikologi Islam yang menawarkan pembahasan tentang konsep manusia yang lebih utuh (komprehensif). Manusia tidak hanya dikendalikan oleh masa lalu tetapi juga mampu merancang masa depan. Manusia tidak hanya dikendalikan lingkungan tetapi juga mampu mengendalikan lingkungan. Manusia memiliki potensi baik tetapi juga potensi buruk (terbatas). Konsep manusia dalam psikologi Islam adalah bio-sosio-psikis-spiritual, artinya Islam mengakui keterbatasan aspek biologis (fisiologis), mengakui peran serta lingkungan (sosiokultural), mengakui keunggulan potensi dan juga memerankan aspek spiritual (Tuhan) dalam kehidupan manusia.

Manusia mempunyai 2 (dua) unsur yaitu jasmaniah (materi) dan rohaniah (non materi) yang secara umum dapat dijelaskan melalui konsep bio-sosio-psikis-spiritual yang dalam perkembangan psikologi barat tidak diakui keberadaannya. Perilaku manusia terbentuk oleh hasil kolaborasi semua unsur, tidak ada reduksi antar unsur sehingga pemahaman tentang manusia dapat menemukan titik temu yang utuh.

Islam menawarkan konsep manusia melalui pemahaman agama (wahyu Tuhan). Memahami manusia tidak dapat dilepaskan dari konsep ruh (daya ikat pencipta dan makhluknya), hati (qalbu) sebagai pengendali perilaku manusia, nafs yang menjadi wadah potensi manusia (baik-buruk) serta akal sebagai tempat nalar dan daya pemahaman tentang pilihan perilaku. Memahami manusia tidak hanya terbatas pada observable area tetapi juga yang unobservable area dan unconceivable area (tidak dapat dipikirkan atau dirasakan).psikologi Islami sangat memperhatikan apa yang tuhan katakan tentang manusia. Artinya, dalam menerangkan siapa manusia itu, kita tidak semata-mata mendasarkan diri kita pada perilaku nyata manusia, akan tetapi bisa kita fahami dari dalil-dalil tentang perilaku manusia yang ditarik dari ungkapan tuhan. Kajian tentang diri manusia banyak disebut-sebut Allah dalam Al-Quran: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Qs. Fushshilat, 41:53). Ayat ini hendak mengungkapkan bahwa di alam semesta maupun dalam diri manusia terdapat sesuatu yang menunjukan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia. Apabila rahasia-rahasia tersebut disingkap manusia, maka jadilah manusia sebagai mahluk yang berpengetahuan, mahluk yang berilmu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam diri manusia ada kompleksitas yang bisa dijadikan lahan kajian. Dalam berbagai ayat banyak disebutkan istilah-istilah yang berbicara tentang keadaan diri manusia, seperti nafs, ruh, aql, qalb, fitrah, fujura, taqwa, fuad dan sebagainya. Istilah nafs, termasuk kata yang paling sering disebut-sebut oleh Al-Quran, yaitu sebanyak lebih dari 300 kali.